Les Champs Ellysees

Sewaktu mengambil kursus bahasa Perancis di UI sebagai prasyarat mengikuti kuliah di MM-CAAE UI, kami sering kumpul-kumpul sehabis pelajaran selesai. Kadang-kadang kami makan-makan dulu sebelum pulang. Bayarnya sudah tentu masing-masing. Apalagi ini kelas ekonomi. Maksudnya jurusan manajemen atau (bagian dari) ekonomi, dimana hitung-hitungan uang harus dilakukan. 😀

“Air beriak tanda tak dalam”, begitu peribahasa mengatakan. Demikian pula dengan kami waktu itu. Baru belanjar sebentar saja, maka rasanya sudah tahu banyak tentang bahasa Perancis. Padahal pelafalan saja masih salah. Saya sempat stress ketika mengikuti test DELF di CCF. Seorang guru yang mengetes-nya kebetulan keturunan Madagaskar. Dia sangat ketat melakukan test. Test oral memang mengerikan. Kita jadi ketahuan “bodohnya”. Ketika pelajaran di kelas kita manggut-manggut saja seperti mengerti. Tapi ketika di test, barulah kita bengang-bengong mulai kebingungan. Saya ingat betul bagaimana dia mempersalahkan pelafalan huruf “J” pada kata “JE” (=saya). Continue reading

Payung & Nancy

Tidak ada yang aneh dengan payung. Dari jaman dulu sampai sekarang bentuknya begitu-begitu saja. Dengan demikian, bisa dikatakan payung menjadi bagian dari karya manusia yang tidak akan tergantikan. Karya abadi manusia!

Payung atau “parapluie” (dalam bahasa Prancis) adalah menjadi barang kecil yang berharga di sini, di Nancy. Karena ternyata di Nancy sering kali hujan, padahal katanya ini sedang musim panas. Musim panas yang dingin kata teman-teman, atau cold summer. Karena memang suhu pagi-pagi di sini bisa mencapai 13-15 derajat Celcius. Untuk ukuran orang Bandung macam saya saja sudah cukup dingin, bagaimana dengan teman-teman dari Jakarta atau Yogyakarta. Tapi udara segitu, kata Barbara, gadis 17 tahun peserta dari Denmark, masih sangat hangat. Sebab di negaranya suhunya bisa di bawah lagi. Barbara seorang gadis yang tomboy dan berpakaian ala laki-laki, tadinya saya pikir anak cowok. Cantik sebenarnya, tapi kalau kata Sasa (teman dari Indonesia yang masih SMA) dia mirip Justine Bieber. Continue reading

Grammar #1

Simple Past (Tense)

Menunjukkan bahwa sebuah aktivitas atau situasi yang telah dimulai dan berakhir pada waktu tertentu di waktu lampau. Dengan kata lain, pada saat dituturkan kejadian tersebut, sudah berakhir.

Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

(a)    I walked to school yesterday.

Saya berjalan (pergi) ke sekolah kemarin.

Pada saat dituturkan, bahwa kejadian tersebut sudah berakhir, karena terjadi kemarin. Continue reading

Chapter 1 – An Oath of Loyalty is Taken

Berikut adalah sedikit pembahasan hal-hal yang dianggap menarik dari buku “The Adventures of Huckleberry Finn” karya sastrawan terkenal Mark Twain.

I am living in the little town of St. Petersburg, Missouri. (Page 5)

Penggunaan kata depan dalam bahas Inggris sering kali tidak bisa diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia. Perhatikan bagian kalian di atas ….” the little town of St. Petersburg”. Bayangkan kalau “of” diterjermahkan sebagai “dari”, maka terjemahan frasa di atas menjadi “kota kecil dari St. Petersburg”. Penerjemahan seperti ini sulit dipahami, tetapi akan lebih baik jika diterjemahkan sebagai “Kota kecil yang bernama St. Petersburg”. Kata depan “of” disini menyatakan hubungan nama atau indentitas dari kedua kata tersebut, bahwa “kota kecil” tersebut bernama “St. Petersburg”. Adapun penggunaan kata sandang “The” di sini karena kota kecil tersebut sudah jelas, kota mana yang dimaksud. Continue reading

Widower and Teenager

Ini bukan tulisan yang menyatakan hubungan antara seorang “widower” (duda) dengan seorang “teenager” (remaja). Kalaupun ada, ini bukan cerita tentang hubungan khusus diantara keduanya. Tulisan ini hanya penjelasan dari kedua kata tersebut sehubungan dengan pelajaran bahasa Inggris.

Widow = janda.
Widower = widow-er = pelaku yang “menjadikan” seseorang menjadi janda. Karena yang menjadikan seorang perempuan menjadi janda adalah suami dari perempuan tersebut, maka dengan demikian “widower” berarti “duda” dalam bahasa Indonesia, alias suami yang ditinggalkan (bercerai atau meninggal) oleh istrinya. Continue reading

Kepolosan Kadang Membuat Orang Selamat

Ceritanya di tahun 90-an awal, sewaktu masih kuliah di Bandung, pada saat menjelang liburan panjang kuliah, temanku IRS dan DDI mengajak jalan-jalan (berlibur). Kemana kek, kata mereka. Kepikiran untuk bermain-main ke pantai, dan akhirnya terpilihlah Pantai Pangandaran di Ciamis yang terkenal itu.

Pangandaran bukan tempat yang asing bagiku, yang orang Bandung, karena sudah agak sering pergi ke sana. Tapi bagi teman-teman tentu merupakan hal yang baru. Pangandaran memang cukup terkenal sebagai pantai wisata di Jawa Barat. Sebenarnya, menurutku, pantai Pangandaran cukup indah dan sangat berpotensi karena pantainya yang panjang dan rata, hampir-hampir seperti pantai Kuta di Bali atau pantai Pattaya di Thailand. Tetapi kedua tempat yang kusebut terakhir lebih tertata dan terintegrasi dengan sarana dan prasarana wisata lainnya. Berbeda dengan pantai Pangandaran yang terkesan belum ditata dan masih seadanya (entah sekarang di tahun 2008). Continue reading

Maryamah Karpov

Setelah ditunggu-tunggu dalam waktu yang cukup lama, akhirnya muncul juga novel ke-empat atau novel terakhir tetralogi karya Andre Hirata. Aku membeli ketiga buku novel Hirata sebelumnya satu hari setelah hari Natal di tahun dua ribu tujuh. Dan aku mendapatkan bukunya yang keempat di bulan Desember tahun dua ribu delapan. Berarti hampir setahun menunggu satu buku terakhir sebagai pelangkap cerita “Laskar Pelangi”, “Sang Pemimpi” dan “Edensor”.

Dua hal yang membuat aku jadi membaca novel-novel Hirata. Pertama ketika Andrea Hirata tampil dalam acara di Kick Andy, diwawancara untuk buku “Laskar Pelangi”-nya yang spektakuler (menjadi best seller dalam waktu singkat). Memang acara itu sangat ampuh untuk jadi ajang promo, tetapi niatan untuk membeli dan membacanya masih kurang. Keinginan membeli menjadi sangat kuat ketika tanpa sengaja aku melihat “Sang Pemimpi” di meja teman di kantor dan Continue reading

Kaya Karena Sedekah

Buku dengan judul ini memang telah membuatku penasaran. Sebenarnya, topiknya bukanlah yang pertama aku lihat atau tahu. Karena tema seperti ini menjadi andalannya atau “trade mark” dari dakwahnya Ustadz Yusuf Mansyur. Atau memang kata beliau, di kalangan ulama di Betawi (dari lingkungan dimana beliau berasal), ada dikenal para “ulama shadaqah”. Mereka adalah para ulama yang sangat mempercayai “the power of Shadaqah”, dimana dengan bershadaqah sama sekali tidak merugikan, bahkan akan berbuah positif yang berlipat-lipat. Makanya, beliau selalu menekankan pada ummatnya untuk bershadaqah, bershadaqah dan bershadaqah.

Dalam setiap ceramah atau buku-bukunya banyak diurai contoh bagaimana shadaqah “menguntungkan” para pelakunya. Beliau sering mengingatkan janji Allah bahwa setiap kali kita bersedekah, maka akan dibalas 10 kali lipat. Dengan demikian, formula shadaqah yang sering dia ajukan adalah, jika kita punya harta 10 satuan, kemudian dishadaqahkan sebanyak satu satuan, maka harta kita akan menjadi 19 satuan (bukan 9 satuan). Artinya, satu yang dishadaqahkan akan berlipat menjadi 10 satuan ditambah sisanya yang Sembilan, menjadi 19 satuan. Karenanya, dengan bershadaqah alih-alih harta kita berkurang malah bertambah dengan berlipat-lipat. Selain dijelaskan bahwa shadaqah bisa menolak bala (bencana), maka simpulnya bahwa bershadaqah menjadikan kita kaya. Kayak karena shadaqah. Boleh jadi, kita tidak pernah kaya (baca: harta bertambah dari waktu ke waktu) dikarena kita sendiri yang “malas” bershadaqah. Continue reading

Sepuluh Pelukis Ternama Indonesia

Banyak hal yang tidak disangka-sangka dalam hidup ini. Jadi bener memang, kalau masa depan atau hari esok itu adalah hal yang “ghaib” (gelap). Contoh yang tidak pernah diduga dalam hidupku adalah ketika suatu pagi (menjelang pergi ke kantor), tiba-tiba ada tetangga datang dan menanyakan tugas anaknya (sekolah SD), tentang 10 pelukis ternama di Indonesia. Sama sekali tidak pernah terpikir di benakku untuk mendapatkan pertanyaan semacam itu. Kata ibu (tetangga) itu, dia tahunya cuma “Basuki Abdullah”. Orang rumah (ibu dan adikku) tahunya cuma “Affandi”. Wah, berarti masih ada 8 nama pelukis ternama Indonesia yang harus aku cari! Continue reading